Monday, February 11, 2008

Lelucon yang Menginspirasi

Ini hanyalah sebuah kisah lelucon. Mungkin Anda sudah pernah membacanya, atau mendengarnya. Namun, isinya bisa membuat kita berhenti sejenak dan merenung, betapa kreativitas kita menumpul karena dimanjakan kemudahan.

Seorang anak muda, baru saja diterima di perguruan tinggi, duduk di dalam bis di sebelah seorang pria tua. Melihat kesibukan sang anak muda yang luar biasa, tangan kiri memegang kaleng minuman ringan, tangan kanan tak pernah berhenti mengirim SMS, telinga tertutup earphone, ketiak mengapit majalah, dan paha menopang pemutar MP3, sang pria tua penasaran.

Ia bertanya, ”Bagaimana kalian bisa menikmati begitu banyak kegiatan dalam waktu bersamaan?”

Balas sang anak muda sambil tersenyum meremehkan, ”Aduh kek, generasi kalian tidak akan pernah bisa memahami generasi kami. Kalian hidup di jaman primitif, sementara generasi kami hidup dalam jaman internet, televisi sudah bukan barang mewah, komputer sudah secepat kilat, telekomunikasi sudah menggunakan satelit, mobil hibrida sudah bukan impian, teknologi nuklir sudah sangat berkembang, orang sudah tidak perlu antri di bank dan,” berhenti sebentar untuk menenggak minuman ringan.

Si pria tua manggut-manggut, dan sebelum sang anak muda melanjutkan ceritanya, sang pria tua berkata, ”Benar, nak. Di jaman kami, hal yang kamu sebutkan tidak ada, soalnya generasi kami sibuk menciptakannya. Kalau kamu, apa yang kamu ciptakan untuk generasi berikutnya?”

Saturday, February 9, 2008

Penyediaan Informasi Berguna di Internet dalam Bahasa Indonesia

Penyediaan informasi berguna di Internet dalam bahasa Indonesia, merupakan sebuah ujian seberapa peduli kita pada dunia pendidikan. Kepada berbagai perguruan tinggi di Indonesia yang ingin menjadi terdepanlah harapan itu semestinya dilekatkan. Marilah kita berandai-andai sebagai petinggi perguruan tinggi.

Bila Anda adalah pengelola perguruan tinggi, tentu saja Anda ingin agar mahasiswa baru yang mendaftar jumlahnya mencukupi untuk menjamin kelangsungan hidup lembaga Anda. Taruhlah Anda beriklan di radio dan TV serta pasang spanduk di berbagai tempat. Hal yang persis sama juga dilakukan oleh perguruan tinggi lainnya, bahkan mungkin dengan jumlah spot iklan yang lebih banyak dan baliho yang lebih besar. Jika Anda memiliki situs Internet, maka lembaga lainpun demikian, bahkan mungkin dengan tampilan flash yang lebih menawan. Persaingan seperti itu tidak akan pernah berakhir. Namun, Anda bisa mencuri langkah dari lembaga lainnya. Tambahkan secara konsisten dan teratur informasi ilmiah dalam bahasa yang populer ke dalam situs Anda. Para pelajar SMP dan SMA, yang butuh berlatih soal-soal matematika, mengerjakan PR sejarah, atau perlu tambahan data untuk laporan biologi, cukup mengetikkan kata kunci dan semua yang mereka perlukan ada di alamat situs Anda. Jika para pelajar tersebut mulai menjadikan situs Anda sebagai acuan untuk memperoleh informasi berguna dalam bahasa yang mudah mereka pahami, bukan hanya alamat situs Anda saja yang akan makin berkilauan, namun juga masa depan lembaga Anda. Tujuan yang hendak dicapai tidak berhenti pada peningkatan popularitas situs Anda. Tujuan terpenting adalah menanamkan gambaran dalam benak semua orang bahwa lembaga Anda, sebagai pemilik situs, adalah lembaga yang terpercaya, dengan informasi yang bisa diandalkan, dan akrab bagi para pelajar tersebut. Para orang tuapun akan semakin terpikat oleh nama lembaga Anda karena putra-putri mereka terbukti memperoleh banyak manfaat dari informasi yang Anda sediakan.

Masih ingatkah Anda akan kisah awal Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia? Kedua kendaraan tersebut ramai dibicarakan orang dan begitu diidam-idamkan bahkan sebelum orang melihat wujud mereka. Salah satu penyebabnya adalah karena tak kurang dari seorang menteri yang dengan lantang membicarakan kedua mobil tersebut dan koran-koran beramai-ramai menuliskannya. Masyarakat lebih percaya dan bahkan antusias ketika yang berbicara adalah seorang menteri dan media massa, bukan penjual mobil. Cobalah Anda ingat-ingat, pernahkah Anda membeli suatu produk tertentu bukan karena iklan namun karena seorang teman mengatakan bahwa produk tersebut bagus? Seberapa seringkah itu terjadi?

Calon mahasiswa baru juga akan lebih bersemangat dan percaya bukan karena artis yang disewa untuk iklan lembaga pendidikan atau model yang tampil sebagai mahasiswi dalam brosur, namun oleh konsistensi Anda dalam menyajikan informasi yang dapat mereka andalkan sejak bangku SMP atau SMA. Dari sini bisa Anda lihat, kampanye public relation yang dilancarkan lewat penyediaan informasi ilmiah populer di Internet memang diproyeksikan untuk membangun citra bahwa lembaga Anda memang terpercaya untuk urusan bidang ilmu tertentu. Situs Anda tidak berteriak-teriak menyakinkan orang betapa bermutunya lembaga Anda, namun orang yakin lembaga Anda memang bermutu karena mereka merasakan manfaat dari informasi Anda. Itulah sebabnya, lembaga pendidikan tinggi di Indonesia memang layak untuk ambil bagian yang aktif dalam penyediaan informasi berguna dalam Bahasa Indonesia di Internet. Bukan saja sebagai bagian dari kewajiban moral mencerdaskan kehidupan bangsa, namun juga demi kelangsungan hidup lembaga pendidikan itu sendiri.

Namun, mencari penyedia informasi yang benar-benar terlibat dalam pekerjaan ini, yaitu para penulis naskah ilmiah dengan bahasa yang akrab untuk kalangan awam, bukanlah pekerjaan sepele. Jika Anda percaya bahwa membuat artikel ilmiah dalam bahasa yang populer seperti yang dilakukan oleh almarhum Slamet Suseno di majalah Intisari adalah sulit, maka Anda tentu setuju bahwa membuat artikel semacam itu tidaklah lebih mudah daripada menulis karya ilmiah serius untuk dipublikasikan dalam jurnal ilmiah yang terbit lengkap dengan ISBN. Oleh karena itu, sudah selayaknya para penulis artikel ilmiah yang mampu menyuarakan isi pikirannya dalam bahasa yang gampang dicerna layak mendapat penghargaan yang sama seperti menulis di jurnal ilmiah. Tanpa penghargaan seperti itu, sulit dibayangkan orang beramai-ramai menyerahkan artikel mereka untuk dipublikasikan dalam situs Anda.

Pertanyaan berikutnya adalah, apakah tolok ukur suatu tulisan dianggap karya ilmiah dengan bahasa yang mudah. Ukuran yang paling mudah adalah hal yang bersifat fisik. Suatu artikel dibatasi berdasarkan jumlah halaman. Apabila halaman yang berlembar-lembar jumlahnya adalah sesuatu yang tak dapat dihindari, hendaknya artikel tersebut dipotong-potong menjadi beberapa artikel yang berseri. Pembatasan jumlah halaman ini berlandaskan pada pemikiran bahwa sebagian pengguna Internet tidak terlalu suka menggulung layar ke bawah terlalu sering. Harap maklum, Internet adalah tempat yang dikunjungi baik oleh kutu buku maupun pemalas.

Tolok ukur lain yang bisa digunakan adalah pembatasan penggunaan istilah asing/khusus/teknis dalam artikel. Hal ini berguna untuk mengurangi kesan ‘berat’ pada artikel.

Apapun tolok ukur yang digunakan, hendaknya tujuan akhir adalah menghasilkan karya tulis bermutu yang mudah dipahami oleh siswa SMP/SMA.